www.agamamu.blogspot.com

www.agamamu.blogspot.com

Sabtu, 08 Januari 2011

mencari tuhan










TIDAK ADA ALASAN UNTUK MENOLAK KEBERADAAN ALAH SWT



Definisi Tuhan


Tuhan adalah sebutan bagi zat yang menjadi tumpuan, yang ditaati, ditakuti, yang diibadahi, terlebih jauh lagi tuhan adalah sebutan bagi zat yang menciptakan segala mahluk hidup yang ada dialam jagat raya ini.
Tuhan telah dikenal oleh manusia jauh semenjak dahulu kala dengan berbagai macam tingkat pengenalan sesuai dengan tingkat pengetahuan, seorang ateispun telah mengenalNya, walau secara langsung ia tidak menyadarinya.
Perlu diketahui sesungguhnya manusia jauh semenjak dahulu kala telah mengembangkan istilah TUHAN, sehingga bisa dilacak sampai kemasa purba dahulu, yang mana mereka telah memiliki budaya Megalitik, mempercayai kekuatan alam (dinamisme), kekuatan roh nenek moyang (animsme) dll, ini menunjukkan adanya indikasi bahwa mereka telah mengenal kekuatan yang maha dahsyat dibalik penciptaan alam raya ini yaitu TUHAN, hanya saja mereka terjebak pada pengkultusan, dan salah menyematkan kata tuhan kepada yang tidak layak untuk menyandang kata TUHAN tsb, dikarenakan mereka tidak memiliki pembimbing spiritual (nabi) dalam mengenal hakikat Tuhan yang sesungguhnya atau dikarenakan oleh beberapa factor lainya.
Kepercayaan akan adanya tuhan merupakan akar dari semua agama, baik Islam, Kristen, Budha, Hindu. dan yang menjadi bibit unggulnya dari suatu agama untuk tumbuh dan berkembang menjadi agama yang mapan adalah keyakinan terhadap kehidupan setelah mati (akhirat), demi mencapai kebahagiaan yang abadi dan selamat dari siksaan (samsara).
Tingkat penalaran seseorang tentang hakikat keberadaan tuhan sangatlah beragam, bisa saja dipengaruhi oleh usia orang tersebut, baik oleh strata pendidikan, ataupun melalui berbagai pengalaman emosi yang beragam.

Sebagai Contoh


seorang anak apabila menyaksikan sebuah film yang memukau imajinanasinya.
Bisa saja kita contohkan tokoh superman, atau manusia super power, maka ia akan membandingkan manusia super power tersebut dengan tuhan, mungkin ia akan berkata kepada ayahnya,

Ayah apakah tuhan itu jauh lebih hebat dibandingkan Superman.....? atau dengan pertanyaan lainya seperti, Ayah supermen itu bisa mengalahkan tuhan nggak...?

Disini jika seorang anak mengenal tuhanya hanya sebatas kemampuan dan kekuasaan tuhan, maka sudah seharusnyalah bagi seeseorang yang tingkat penalaranya sudah begitu maju, seiring bertambahnya usia dan strata pendidikan, tentu pemahamanya tentang hakikat tuhan yang sesungguhnya jauh lebih maju lagi dibandingkan dengan seorang anak diatas.

A. Keberadaan Allah Swt

Tentang keberadaan Allah Swt bagi seseorang Muslim tentu ia telah mengenalnya, karena ia sendiri telah mempercayai dan mengimani akan keeksistesian Allah Swt, akan tetapi bagaima sebaliknya bagi seorang yang berfaaham Ateis (mengingkari keberadan tuhan) yang mana hal ini diluar maindset pikiranya.
Tentu pertama kali pertanyaan yang muncul adalah bagaimana untuk meyakinkan seseorang yang terlanjur Ateis, dan untuk meyakinkanya terhadap keberadaan Allah Swt kita akan menggunakan pendekatan Analogi.
sekarang marilah kita lihat gambaran berikut ini.

Suatu saat seorang pemilik perusahaan besar mengalami kerugian yang sangat besar dan hampir saja ia mengalami stres berat yang menyebabkan kegilaan, pada kondisi emosi seperti ini, ia akan merasakan kecekaman, kesendirian, kelemahan dan ketidak berdayaan, tentunya ekspresi yang ia tampilkan adalah terkadang menangis atau berkeluh kesah, Kalau boleh ditanya kepada siapakah ia menangis tersebut??? dan kepada siapakah ia tujukan kegelisahan hatinya?????

Dalam kondisi seperti diatas ia secara tidak langsung orang tersebut telah menemukan tuhanya, hanya saja ini memerlukan pengarahan dan bimbingan untuk menemukan hakikat tuhanya yang sesungguhnya dan bukan tuhan-tuhan gadungan (thoghut).

B. Tuhan yang Esa (Allah Swt)

Kaum muslim dengan berpegangkan kepada al-Quran dan Hadist (sunnah) Rasul Muhammad Saw, mereka meyakini bahwa tuhan yang layak diibadahi adalah hanya Allah Swt, yang mana dengan melalui pendekatan nalar dan pemahaman akal, bahwa konsep ketuhanan dalam islam jauh lebih bisa diterima oleh akal sehat, Kaum muslimin sering diingatkan oleh satu surat pendek dalam alquran yaitu surat (alikhlas.1-4)

“katakanlah dia Allah Swt itu maha Esa,
Allah tempat bergantung dari segala tumpuan,
yang tidak beranak apalagi diperanakan,
dan tidak ada satupun yang menyerupainya atau menyetarainya.”
(al-Ikhlas.1-4)

Ayat diatas bertemakan keesaan Allah Swt dan mengajak manusia untuk mengakui hanya ada satu tuhan, Dialah Allah Swt sang khaliq (pencipta) dan hasil kreasinya disebut dengan makhluk ('alam), semua makhluk bermula dari tidak ada lalu menjadi ada.
DARI KETIADAAN (tidak ada) MENJADI ADA
Dengan melihat asal kejadian makhluk, yang mana dari ketiadaan (belum diciptakan) menjadi ada, maka seluruh alam ini adalah bersifat hawadist dan fana (temporal & diciptakan lalu berakhir) dan bersifat terikat pada ruang dan waktu, dari baru menjadi lama, ia bermula dari kecil menjadi dewasa, dari indah menjadi jelek dan akan mengenal istilah tua, mantan/bekas, dan berakhir pada kematian, dikarenakan ia termakan oleh waktu tersebut, dan juga karena ia terikat pada ruang, maka ia memiliki massa dan volume, ada kecil ada besar, ada diatas dan ada dibawah dst.
Jika salah satu unsur dari alam ini, baik manusia, pohon, gunung, lautan, dewa-dewi, berhala-berhala dll, untuk dipertuhankan mustahil dikarenakan ia akan berakhir pada satu titik jenuh yang disebut dengan kematian. jadi siapakah yang layak menyandang kata TUHAN dan juga berhak untuk diibadahi...?????
Jawabanya adalah seperti yang dikatakan oleh ilmuan besar abad ini yaitu Albert Einsten ia seraya mengatakan:

“dibalik penciptaan alam raya yang maha dahsyat ini, terdapat kekuatan yang maha dahsyta yang tidak dapat dinalar sepenuhnya oleh akal manusia"

Kira-kira apakah yang dimaksudkan oleh Albert Einsten dengan (kekuatan maha dahsyat) diatas..? kalau bukan Tuhan yang sejatiNYA adalah Allah Swt.
karena ia terlepas dari keterikatan oleh ruang dan waktu, dan memiliiki sifat berkuasa dengan sendirinya dan tidak memerlukan sekutu baginya sesuai seperti apa yang dijelaskan oleh surat alIkhlas (1-4) diatas.

C. Pencarian Hakikat Tuhan Melalui Perenungan Terhadap Diri Sendiri

Didalam alQuran banyak sekali ayat-ayat yang memerintahkan dan mengarahkan kepada para pembacanya, terutama umat muslim itu sendiri, untuk selalu merenungi dan memperhatikan hakikat diri kita sebagai makhluk (manusia) dan pada ujungnya nanti akan menemukan hakikat tuhan yang sejati.
""Dan pada diri kalian sendiri apakah tidak kalian perhatikan (mengambil palajaran)… (QS: Azariat 21)

Dalam pencarian hakikat tuhan yang sesungguhnya, marilah kita menempuh teori deickrat yang menggukan sarana diri manusia itu sendiri dengan kata """AKU""", untuk mencapai kesadaran bahwa hanya Allah Swt yang layak dipertuhankan, dan ini sesuai seperti yang diharapkan oleh ayat diatas (QS: Azariat 21) .

Teori deickrat menyakan "bahwa" sikap kufur (tidak mempercayai) atau ragu terhadap keberadaan Allah SWt itu muncul dari alam pikiran orang itu sendiri.

""jadi...., selama ""AKU"" memikirkan ""AKU"" berarti ""AKU"" itu ada,
persoalan berikutnya adalah apabila ""AKU"" ini ada, apakah…? ""AKU"" ini ada (lahir) dengan sendirinya..? ataukah ""AKU"" ini ada karena diadakan (diciptakan)...?
Seandainya ""aku"" ada karena diciptakan oleh ""diriKU"" sendiri, maka itu suatu hal yang mustahil, karena ""AKU"" memiliki kelemahan dan kekurangan,
""AKU"" harus menghilangkan kelemahan dan kekurangan diatas agar ""AKU"" mencapai kesempurnaan, akan tetapi bagaimanapun besarnya usaha ""AKU"" untuk mencapai kesempurnaan tersebut, pasti ""AKU"" tidak akan memenuhinya,
oleh karena itu ""AKU"" menyadari dengan sepenuh hati bahwa ""AKU"" tidak mampu menciptakan diri “”AKU”” sendiri apalagi alam raya ini, mana mungkin bisa dipromosikan menjadi tuhan, apalagi menjadi tuhan, begitu juga halnya semua manusia termasuk Yesus (yang dikandung dan dilahirkan oleh Maryam), hewan, tumbuh-tumbuhan, berhala dsb, yang mana semua itu makhluk ciptaan.
Dibalik itu semua berarti ""AKU"" ini ada yang menciptakanya, dan yang menciptakan ""AKU"" itu pastilah zat jauh lebih sempurna dibandingkan ""AKU"" dan makhluk lainya, sebab (zat) yang tidak sempurna, mustahil dapat menciptakan sesuatu yang lebih sempurna melebihi dirinya sendiri, dengan kata lain dialah sang pencipta yang sesungguhnya ALLAH SWT.

“dan tidak ada satupun yang menyerupainya tau menyetarainya.”
Ketika kita telah mampu memahami teori diatas berarti kita sudah mencapai keyakinan bahwa hanya Allah Swt saja yang layak diibadahi dan dianggap tuhan.
Hal diatas selaras seperti yang di lakukan oleh Nabi Ibrahim As ketika ia dalam proses mencari tuhan yang Haq
Perjalanan intelektual dan spiritual Ibrahim As. adalah episode ketika dia mencari Tuhan. Pencariannya berakhir dengan sebuah temuan yang sampai pada tingkat keyakinan yang kokoh, bahkan menjadi hujjah di kemudian hari ketika dia berdebat dengan raja Namrudz dan pembesar-pembesar kaumnya, termasuk ayahnya.
Nabi Ibrahim mencari Tuhan…
dia melihat matahari begitu hebat,
menyinari bumi dan semuanya memerlukan matahari,
lalu Ibrahim berpikir:”Inilah Tuhan…”
setelah direnungkan dgn lebih tenang,
oooh ternyata matahari hanya siang saja ada lalu terbenam,
lalu, siapa tuhan manusia di malam hari…??
kemudian Ibrahim melihat bulan purnama begitu indah…
diapun “berdiskusi” dengan dirinya sendiri:”Inikah tuhan itu..??”
tapi faktanya bulan hanya beberapa malam saja dlm sebulan.
terus Ibrahim mencari dan mencari, “berdebat” dgn dirinya sendiri,
dia melihat gugusan bintang begitu mempesona tidak terjangkau di atas sana.
tapi kesemuanya itu tidak kekal sepanjang waktu…
akhirnya dia berkesimpulan, bahwa ada “sesuatu” di balik matahari,
bulan, dan bintang…

“sesuatu” yang mengatur semuanya (Rabb)
“sesuatu” yang menciptakan semuanya (khaliq)
“sesuatu” yang dipatuhi oleh semuanya (Ilah)
“sesuatu” diatas adalah dia Allah Ta’ala (Allah yg maha tinggi)

Proses Nabi Ibrahim mencari Tuhan sejatinya direkam oleh Allah dalam surat al-An’am: 75-79

“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin (75).

“Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam" (76).

“Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat" (77).

“Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (78).

“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, inilah agama yang bena (lurus), dan aku bukanlah termasuk orang-orang Musyrik (yang mempersekutukan Tuhan) (al-An’am: 79).”


Wallahu ‘alam







coolparwis@yahoo.co.id www.agamam.blogspot.com 0813 1075 3015