www.agamamu.blogspot.com

www.agamamu.blogspot.com

Selasa, 19 Juli 2011

HUKUM PERNIKAHAN MUT’AH


NIKAH MUT’AH

Nikah mut’ah adalah pernikahan terhadap seorang perempuan merdeka (jika tidak hal yang menghalangi ) dengan mahar tertentu, hingga batas tenggang waktu tertentu.

Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. dan Dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan Tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(An-Nisa’. 24)

Dengan dalil ayat diatas sebagian kelompok menghalalkan nikah mut’ah, dan menghukumi pernikahan tersebut sebagai pernikahan yang halal dan tidak dilarang dalam agama.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa memang nikah mut’ah adalah halal dan disyariatkan, tetapi itu terjadi pada awal/permulaan islam, kemudian setelah itu kehalalannya dihapuskan kemudian diharamkan untuk selamanya hingga hari kiamat.

Beberapa hadist yang berbicara tentang keharaman nikah mut’ah

عن سلمة بن الأكوع رضي الله عنه قال: ( رخص رسول الله صلى الله عليه وسلم عام أوطاس فى المتعة ثلاتة أيام, ثم نهى عنها ) رواه مسلم

Dari Salmah bin Akwa’ Ra menuturkan: Rasul Saw pernah membolehkan (sebagai rukhshoh) mut’ah selama tiga hari pada masa perang khaibar, kemudian beliau melarangnya kembali. (HR. Muslim)

وعن علي رضي الله عنه قال: ( نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن المتعة عام خيبر ) متفق عليه

Dan dari Ali Ra beliau menuturkan: Rasul Saw telah melarang nikah mut’ah pada masa peperangan Khaibar (HR. Muttafaqun ‘Alaih)

وعن علي رضي الله عنه ( أن رسول الله صلى الله عليه وسلم نهى عن متعة النساء وعن أكل الحمر الأهلية يوم خيبر ) أخرجه السبعة إلا أبا داود

Dan dari Ali Ra: Sesungguhnya Rasul Saw telah melarang menikahi perempuan dengan cara mut’ah, dan juga melarang memakan daging keledai peliharaan pada saat peperangan Khaibar. (HR. Imam tujuh kecuali Abu Daud)

وعن ربيع بن سبرة عن أبيه رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (إنى كنت أذنت لكم فى الاستمتاع من النساء, وإن الله قد حرم ذالك إلى يوم القيامة,..............) أخرجه مسلم وأبو داود والنساءي وبن ماجه وأحمد وبن حبان.

Rabi’ bin Samurah menuturkan yang bersumber dari ayahnya Ra: Sesungguhnya Rasul Saw bersabda: Sesungguhnya saya (Rasul) pernah mengizinkan kalian untuk menikahi perempuan dengan cara mut’ah (batas tenggang waktu tertentu), dan ketahuilah seseungguhnya Allah Swt telah mengharamkannya hingga hari kiamat,……… (HR. Muslim, Abu Daud, An-Nasai. Ibnu Majjah, Ahmad, dan Ibnu Hibban)

Jelas sekali dalil-dalil diatas mengharamkan pirnikahan mut’ah tanpa embel-embel, terutama diriwayatkan sendiri oleh Ali bin Abi Thalib Ra

Ada sebagian kelompok yang mengatakan dirinya islam, namun mereka menyatakan bahwa mut’ah hukumnya boleh, entah apakah faktor nafsu dan atau lain sebagainya yang menjadi alasan, sehingga mereka berkeyakinan itu hukumnya boleh.

Ada yang berkilah dengan dalil agama sekalipun mereka belum tahu secara persisi duduk sumber hukum yang ada, namun menurut hemat penulis itu hanyalah kedok mengumbar birahi bersampul agama, mengapa demikian.? Karena mengapa harus mut’ah, sedangkan ia mampu menikah, bukankah pernikahan selayaknya disegerakan, sedangkan pada saat itu ia berstatus menikah sekalipun mut’ah.

Ada juga yang berkilah bahwa itu semua sebagai upaya untuk menanggulangi perzinahan, dan prostitusi, yang mana HIV senantiasa mengintai. Ketahuilah wahai saudaraku kalau begitu mengapa Rasul Saw bersabda sbb;

Wahai para pemuda bagi siapa saja diantara kalian yang memiliki kemampuan, maka hendaklah menikah, adapun bagi yang belum mampu maka hendaklah BERPUASA……
Bukankah hadist diatas berbicara pernikahan permanen..??

Contoh pemecahan masalah yang mudah sekali walau tanpa pengetahuan agama yang luas.
Rokok di Indonesia sebagian besar ormas agama islam Indonesia mengharamkannya, termasuk para dokter sangat keras dalam melarang rokok, termasuk rokok sendiri melarang (silahkan baca dikardus/kotak rokok itu sendiri), walau demikian; ada juga yang menganggapnya makruh.

Disini penulis mengajak berfikir,

Jika rokok makruh; bukankah makruh maknanya dibenci, diharuskan untuk ditinggalkan, toh dilaksanakan tidak ada pahalanya sama sekali,malah justru dianggap tidak ada sikap berhati-hati (ihtiath) dalam beragama.

Dan jika rokok haram hukumnya; itu artinya kita menghisab dosa dan sedang meniup api neraka, dan diwajibkan untuk ditinggalkan, disediakan baginya pahala disisi Allah Swt.

Sekarang hukum yang mana akan anda pilih, dengan catatan;

a. Makruh: jika yang benar disisi Allah Swt rokok makruh hukumnya, itu artinya diharapkan untuk meninggalkannya

b. Haram: jika hukumnya haram yang benar disisi Allah Swt, itu artinya kita melanggar larangannya.

Menurut hemat penulis lebih baik kita mengambil hukum haram yang menjadi pegangan kita, mengapa..?? takut nanti hukum haramlah yang benar disisi Allah.
Kembali kepermasalahan nikah mut’ah diantara dua hal berikut;

a. Hukumnya Boleh
b. Hukumnya Haram

Menurut hemat penulis lebih baik kita mengambil hukum haram yang menjadi pegangan kita, mengapa..?? takut nanti hukum haramlah yang benar disisi Allah. Karena haram resikonya dosa dan neraka.

Tapi kalau kita mengambil hukum boleh sebagai keyakinan kita, namun yang benar disisi Allah Swt adalah haram, itu artinya kita sedang berkubang dalam kemaksiatan, dan larangan-Nya, namun dengan kebebalan dan hawa nafsu kita bersikeras meyakininya sebagai sesuatu hal yang dibolehkan. Hati-hatilah dalam beragama……..!!

Mereka tuli, bisu dan buta[*], Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)
, (QS. Al-Baqarah.18)

[*] Walaupun pancaindera mereka sehat mereka dipandang tuli, bisu dan buta oleh karena tidak dapat menerima kebenaran.
Berkata penyair;

Jika nafsu syahwat sebagai kendali, maka hendak kemana arah akan berlari



Oleh: Parwis L. Palembani

Selasa, 12 Juli 2011

RAMADHAN BERSAMA PROF. DR. KH. ALI MUSTAFA YAQUB MA










RAMADHAN BERSAMA PROF. DR. KH. ALI MUSTAFA YAQUB MA
(Imam Besar Masjid Istiqlal)


Ramadhan sering kita lalui setiap tahun, tapi tidak kita jadikan momen perubahan untuk menambah pengetahuan agama yang lebih dalam lagi, dan sering kita jadikan hanya sebagai moment menuruti selera makan dan tidak sedikat menjadikan ramadhan sebagai ajang bulan malas-malasan.

Disini kami mengajak segenap kaum muslimin untuk menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan peningkatan dan perubahan; dengan mengikuti seminar

RAMADHAN BERSAMA PROF. DR. KH. ALI MUSTAFA YA'QUB MA

Dengan agenda seminar sebagai berikut;


1. RAMADHAN BERSAMA PROF. DR. KH. ALI MUSTAFA YA'QUB MA

2. SEMINAR PENGANTAR STUDY SYARI'AH

3. SEMINAR PENGANTAR STUDY AL-QUR'AN

4. PELATIHAN PENGURUSAN JENAZAH

5. FIQIH IBADAH


Yang Insya Allah akan dilaksanakan lima hari dibulan Ramadhan

Tanggal 09 agustus 2011 s/d 13 agustus 2011

Diruang seminar Masjid Agung At-Tin

Jam 16.00- Maghrib (berbuka puasa bersama)

InFaq Rp 100.000 (Modul, Buku Materi, Makalah) untuk selama lima hari seminar.


Sekretariat Pendaftaran:

Masjid Agung At-Tin TMII

Info Pendaftaran:

0813 1075 3015

Minggu, 19 Juni 2011


A. Haruskah dipertegas Oleh Malaikat ..?


Dengan legimitasi surat Al-‘Alaq ayat 1-5

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya
(Al-‘Alaq 1-5)

Rasul Saw menerima wahyu ini di gua hira untuk pertama kalinya, dan sekaligus menjadi surat pengangkatan beliau sebagai seorang Nabi dan Rasul bagi seluruh alam.
Sebelum lebih jauh tulisan ini sengaja kami beri judul haruskah dipertegas oleh malaikat..? disini penulis ingin mengajak para pembaca untuk membawa alam fikirannya menuju pada saat-saat Rasul Saw memulai dakwahnya, seolah-olah kita sedang berada disamping beliau.

Berbicara da’wah Rasul Saw diawal-awal kenabiannya, kita akan menjumpai sikap penentangan kaum kafir quraisy Makkah ketika itu terhadap dirinya,
Ketika kaum kafir Makkah mengetahui seorang pemuda yang bernama Muhammad bin Abdullah mendakwahkan dirinya sebagai seorang utusan Allah, yang mengajak pada peribadatan kepada satu tuhan yang esa atau monotheisme, dan menghapuskan kasta dengan mengatakan semua manusia adalah sama, layaknya seperti gigi-gigi sisir, semua manusia berasal dari Adam As, dan Adam diciptakan dari tanah, tidak ada beda andara orang Arab dan non Arab, tidak ada keutamaan anatara ras kulit putih dan hitam/merah, tidak ada bedanya antara bangsawan dengan budak, dengan ini beliau menghadapi halangan dan rintangan dari kaum beliau sendiri, mulai dalam bentuk pengingkaran terhadap kenabian beliau, dianggap orang gila, dan ada juga yang menganggap beliau sebagai penyihir, hingga dituduh sebagai pemecah belah kesatuan bangsa Arab, yang mana ketika itu bangsa tersebut terkenal dengan kesatuan mereka,dalam bentuk kesetiaan atas nama nenek moyang, suku, ataupun kabilah; kesemuanya itu beliau hadapi penuh kesabaran dan ketabahan dengan harapan yang besar, bahwa kelak dakwah beliau akan menyebar dan tersiar keseluruh penjuru dunia; walau demikian sebagai manusia biasa, Rasul Saw juga terkadang mengalami sedikit kegelisahan atas perlakuan kaumnya terhadap dirinya, namun sebagai seorang utusan tuhan beliau tetap dibimbing oleh wahyu dan dihibur oleh Allah Saw.

Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka,
(Al-An’am 34)

walaupun begitu perlakuan mereka terhadap dakwah Rasul Saw, mereka juga tergelitik untuk meyakinkan diri mereka; apakah Muhammad bin Abdullah benar-benar utusan Allah, seperti digambarkan oleh alqur'an berikiut ini;


Dan mereka berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) malaikat.?" dan kalau Kami turunkan (kepadanya) malaikat, tentulah selesai urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikitpun)
. (Al-An’am: 08)

Mereka sangat berharap kepada Allah Swt agar berkenan mengirim malaikat-Nya sebagai penegas dan penguat bahwa Muhammad Saw benar-benar seorang utusan Allah Swt, yang mana malaikat tersebut berbicara dengan mulutnya sendiri, seraya berkata;

“Wahai kaum quraisy berimanlah kalian semua kepada Muhammad...!!! bahwa betul ia adalah seorang rasul utusan Allah”

Perlu diketahui bersama bahwa mereka sudah tahu sedari dini mungkin bahwa Muhammad Saw adalah bukan tipe pemuda yang gemar berbohong. dan mereka sendiri jamak mengenal beliau sebagai al-amiin (terpercaya).

Harapan mereka itu tidak ada gunanya, bagaimana mereka mengikuti ucapan malaikat tersebut, wong kepada Muhammad sendiri mereka tidak beriman sekalipun mereka sudah mengakui beliau bukanlah tipe seorang pembohong, yang tumbuh dewasa di lingkungan mereka sendiri, namun tiba-tiba harus mendengarkan dan mengikuti saran malaikat tersebut, yang secara tiba-tiba datang lalu mengatakan kepada mereka untuk menerima risalah beliau, tentu jelas mustahil mereka mengikutinya (Muhammad Saw yang mereka kenal luar dalamnya pun mereka ragu).

Namun angan-angan mereka akan mustahil sekalipun itu terwujud, mengingat malaikat tersebut juga akan diwujudkan seperti manusia juga.

Dan kalau Kami jadikan Rasul itu malaikat, tentulah Kami jadikan Dia seorang laki-laki dan (kalau Kami jadikan ia seorang laki-laki), tentulah Kami meragu-ragukan atas mereka apa yang mereka ragu-ragukan atas diri mereka sendiri
(Al-An’am. 09)

Jadi ayat diatas alquran kembali menggambarkan upaya mereka bagaimana untuk meyakinkan diri mereka sendiri, bahwa Muhammad benar-benar seorang Nabi, sehingga mereka meminta penegasan kedua, dalam bentuk turunnya kitab dari langit, namun lagi-lagi itu dianggap mustahil, pasti kalau toh itu terjadi; niscaya mereka akan mengomentarinya sebagai sihir.

Kalau kita tarik kesimpulan dari tulisan ini, memang keimanan itu tidak mudah merasuk kesanubari lalu menerimanya sebagi keyakinan, kecuali atas kehendak Allah Swt, dan ditambah fikir logika yang matang dan selanjutnya menerimanya.

Sabtu, 08 Januari 2011

mencari tuhan










TIDAK ADA ALASAN UNTUK MENOLAK KEBERADAAN ALAH SWT



Definisi Tuhan


Tuhan adalah sebutan bagi zat yang menjadi tumpuan, yang ditaati, ditakuti, yang diibadahi, terlebih jauh lagi tuhan adalah sebutan bagi zat yang menciptakan segala mahluk hidup yang ada dialam jagat raya ini.
Tuhan telah dikenal oleh manusia jauh semenjak dahulu kala dengan berbagai macam tingkat pengenalan sesuai dengan tingkat pengetahuan, seorang ateispun telah mengenalNya, walau secara langsung ia tidak menyadarinya.
Perlu diketahui sesungguhnya manusia jauh semenjak dahulu kala telah mengembangkan istilah TUHAN, sehingga bisa dilacak sampai kemasa purba dahulu, yang mana mereka telah memiliki budaya Megalitik, mempercayai kekuatan alam (dinamisme), kekuatan roh nenek moyang (animsme) dll, ini menunjukkan adanya indikasi bahwa mereka telah mengenal kekuatan yang maha dahsyat dibalik penciptaan alam raya ini yaitu TUHAN, hanya saja mereka terjebak pada pengkultusan, dan salah menyematkan kata tuhan kepada yang tidak layak untuk menyandang kata TUHAN tsb, dikarenakan mereka tidak memiliki pembimbing spiritual (nabi) dalam mengenal hakikat Tuhan yang sesungguhnya atau dikarenakan oleh beberapa factor lainya.
Kepercayaan akan adanya tuhan merupakan akar dari semua agama, baik Islam, Kristen, Budha, Hindu. dan yang menjadi bibit unggulnya dari suatu agama untuk tumbuh dan berkembang menjadi agama yang mapan adalah keyakinan terhadap kehidupan setelah mati (akhirat), demi mencapai kebahagiaan yang abadi dan selamat dari siksaan (samsara).
Tingkat penalaran seseorang tentang hakikat keberadaan tuhan sangatlah beragam, bisa saja dipengaruhi oleh usia orang tersebut, baik oleh strata pendidikan, ataupun melalui berbagai pengalaman emosi yang beragam.

Sebagai Contoh


seorang anak apabila menyaksikan sebuah film yang memukau imajinanasinya.
Bisa saja kita contohkan tokoh superman, atau manusia super power, maka ia akan membandingkan manusia super power tersebut dengan tuhan, mungkin ia akan berkata kepada ayahnya,

Ayah apakah tuhan itu jauh lebih hebat dibandingkan Superman.....? atau dengan pertanyaan lainya seperti, Ayah supermen itu bisa mengalahkan tuhan nggak...?

Disini jika seorang anak mengenal tuhanya hanya sebatas kemampuan dan kekuasaan tuhan, maka sudah seharusnyalah bagi seeseorang yang tingkat penalaranya sudah begitu maju, seiring bertambahnya usia dan strata pendidikan, tentu pemahamanya tentang hakikat tuhan yang sesungguhnya jauh lebih maju lagi dibandingkan dengan seorang anak diatas.

A. Keberadaan Allah Swt

Tentang keberadaan Allah Swt bagi seseorang Muslim tentu ia telah mengenalnya, karena ia sendiri telah mempercayai dan mengimani akan keeksistesian Allah Swt, akan tetapi bagaima sebaliknya bagi seorang yang berfaaham Ateis (mengingkari keberadan tuhan) yang mana hal ini diluar maindset pikiranya.
Tentu pertama kali pertanyaan yang muncul adalah bagaimana untuk meyakinkan seseorang yang terlanjur Ateis, dan untuk meyakinkanya terhadap keberadaan Allah Swt kita akan menggunakan pendekatan Analogi.
sekarang marilah kita lihat gambaran berikut ini.

Suatu saat seorang pemilik perusahaan besar mengalami kerugian yang sangat besar dan hampir saja ia mengalami stres berat yang menyebabkan kegilaan, pada kondisi emosi seperti ini, ia akan merasakan kecekaman, kesendirian, kelemahan dan ketidak berdayaan, tentunya ekspresi yang ia tampilkan adalah terkadang menangis atau berkeluh kesah, Kalau boleh ditanya kepada siapakah ia menangis tersebut??? dan kepada siapakah ia tujukan kegelisahan hatinya?????

Dalam kondisi seperti diatas ia secara tidak langsung orang tersebut telah menemukan tuhanya, hanya saja ini memerlukan pengarahan dan bimbingan untuk menemukan hakikat tuhanya yang sesungguhnya dan bukan tuhan-tuhan gadungan (thoghut).

B. Tuhan yang Esa (Allah Swt)

Kaum muslim dengan berpegangkan kepada al-Quran dan Hadist (sunnah) Rasul Muhammad Saw, mereka meyakini bahwa tuhan yang layak diibadahi adalah hanya Allah Swt, yang mana dengan melalui pendekatan nalar dan pemahaman akal, bahwa konsep ketuhanan dalam islam jauh lebih bisa diterima oleh akal sehat, Kaum muslimin sering diingatkan oleh satu surat pendek dalam alquran yaitu surat (alikhlas.1-4)

“katakanlah dia Allah Swt itu maha Esa,
Allah tempat bergantung dari segala tumpuan,
yang tidak beranak apalagi diperanakan,
dan tidak ada satupun yang menyerupainya atau menyetarainya.”
(al-Ikhlas.1-4)

Ayat diatas bertemakan keesaan Allah Swt dan mengajak manusia untuk mengakui hanya ada satu tuhan, Dialah Allah Swt sang khaliq (pencipta) dan hasil kreasinya disebut dengan makhluk ('alam), semua makhluk bermula dari tidak ada lalu menjadi ada.
DARI KETIADAAN (tidak ada) MENJADI ADA
Dengan melihat asal kejadian makhluk, yang mana dari ketiadaan (belum diciptakan) menjadi ada, maka seluruh alam ini adalah bersifat hawadist dan fana (temporal & diciptakan lalu berakhir) dan bersifat terikat pada ruang dan waktu, dari baru menjadi lama, ia bermula dari kecil menjadi dewasa, dari indah menjadi jelek dan akan mengenal istilah tua, mantan/bekas, dan berakhir pada kematian, dikarenakan ia termakan oleh waktu tersebut, dan juga karena ia terikat pada ruang, maka ia memiliki massa dan volume, ada kecil ada besar, ada diatas dan ada dibawah dst.
Jika salah satu unsur dari alam ini, baik manusia, pohon, gunung, lautan, dewa-dewi, berhala-berhala dll, untuk dipertuhankan mustahil dikarenakan ia akan berakhir pada satu titik jenuh yang disebut dengan kematian. jadi siapakah yang layak menyandang kata TUHAN dan juga berhak untuk diibadahi...?????
Jawabanya adalah seperti yang dikatakan oleh ilmuan besar abad ini yaitu Albert Einsten ia seraya mengatakan:

“dibalik penciptaan alam raya yang maha dahsyat ini, terdapat kekuatan yang maha dahsyta yang tidak dapat dinalar sepenuhnya oleh akal manusia"

Kira-kira apakah yang dimaksudkan oleh Albert Einsten dengan (kekuatan maha dahsyat) diatas..? kalau bukan Tuhan yang sejatiNYA adalah Allah Swt.
karena ia terlepas dari keterikatan oleh ruang dan waktu, dan memiliiki sifat berkuasa dengan sendirinya dan tidak memerlukan sekutu baginya sesuai seperti apa yang dijelaskan oleh surat alIkhlas (1-4) diatas.

C. Pencarian Hakikat Tuhan Melalui Perenungan Terhadap Diri Sendiri

Didalam alQuran banyak sekali ayat-ayat yang memerintahkan dan mengarahkan kepada para pembacanya, terutama umat muslim itu sendiri, untuk selalu merenungi dan memperhatikan hakikat diri kita sebagai makhluk (manusia) dan pada ujungnya nanti akan menemukan hakikat tuhan yang sejati.
""Dan pada diri kalian sendiri apakah tidak kalian perhatikan (mengambil palajaran)… (QS: Azariat 21)

Dalam pencarian hakikat tuhan yang sesungguhnya, marilah kita menempuh teori deickrat yang menggukan sarana diri manusia itu sendiri dengan kata """AKU""", untuk mencapai kesadaran bahwa hanya Allah Swt yang layak dipertuhankan, dan ini sesuai seperti yang diharapkan oleh ayat diatas (QS: Azariat 21) .

Teori deickrat menyakan "bahwa" sikap kufur (tidak mempercayai) atau ragu terhadap keberadaan Allah SWt itu muncul dari alam pikiran orang itu sendiri.

""jadi...., selama ""AKU"" memikirkan ""AKU"" berarti ""AKU"" itu ada,
persoalan berikutnya adalah apabila ""AKU"" ini ada, apakah…? ""AKU"" ini ada (lahir) dengan sendirinya..? ataukah ""AKU"" ini ada karena diadakan (diciptakan)...?
Seandainya ""aku"" ada karena diciptakan oleh ""diriKU"" sendiri, maka itu suatu hal yang mustahil, karena ""AKU"" memiliki kelemahan dan kekurangan,
""AKU"" harus menghilangkan kelemahan dan kekurangan diatas agar ""AKU"" mencapai kesempurnaan, akan tetapi bagaimanapun besarnya usaha ""AKU"" untuk mencapai kesempurnaan tersebut, pasti ""AKU"" tidak akan memenuhinya,
oleh karena itu ""AKU"" menyadari dengan sepenuh hati bahwa ""AKU"" tidak mampu menciptakan diri “”AKU”” sendiri apalagi alam raya ini, mana mungkin bisa dipromosikan menjadi tuhan, apalagi menjadi tuhan, begitu juga halnya semua manusia termasuk Yesus (yang dikandung dan dilahirkan oleh Maryam), hewan, tumbuh-tumbuhan, berhala dsb, yang mana semua itu makhluk ciptaan.
Dibalik itu semua berarti ""AKU"" ini ada yang menciptakanya, dan yang menciptakan ""AKU"" itu pastilah zat jauh lebih sempurna dibandingkan ""AKU"" dan makhluk lainya, sebab (zat) yang tidak sempurna, mustahil dapat menciptakan sesuatu yang lebih sempurna melebihi dirinya sendiri, dengan kata lain dialah sang pencipta yang sesungguhnya ALLAH SWT.

“dan tidak ada satupun yang menyerupainya tau menyetarainya.”
Ketika kita telah mampu memahami teori diatas berarti kita sudah mencapai keyakinan bahwa hanya Allah Swt saja yang layak diibadahi dan dianggap tuhan.
Hal diatas selaras seperti yang di lakukan oleh Nabi Ibrahim As ketika ia dalam proses mencari tuhan yang Haq
Perjalanan intelektual dan spiritual Ibrahim As. adalah episode ketika dia mencari Tuhan. Pencariannya berakhir dengan sebuah temuan yang sampai pada tingkat keyakinan yang kokoh, bahkan menjadi hujjah di kemudian hari ketika dia berdebat dengan raja Namrudz dan pembesar-pembesar kaumnya, termasuk ayahnya.
Nabi Ibrahim mencari Tuhan…
dia melihat matahari begitu hebat,
menyinari bumi dan semuanya memerlukan matahari,
lalu Ibrahim berpikir:”Inilah Tuhan…”
setelah direnungkan dgn lebih tenang,
oooh ternyata matahari hanya siang saja ada lalu terbenam,
lalu, siapa tuhan manusia di malam hari…??
kemudian Ibrahim melihat bulan purnama begitu indah…
diapun “berdiskusi” dengan dirinya sendiri:”Inikah tuhan itu..??”
tapi faktanya bulan hanya beberapa malam saja dlm sebulan.
terus Ibrahim mencari dan mencari, “berdebat” dgn dirinya sendiri,
dia melihat gugusan bintang begitu mempesona tidak terjangkau di atas sana.
tapi kesemuanya itu tidak kekal sepanjang waktu…
akhirnya dia berkesimpulan, bahwa ada “sesuatu” di balik matahari,
bulan, dan bintang…

“sesuatu” yang mengatur semuanya (Rabb)
“sesuatu” yang menciptakan semuanya (khaliq)
“sesuatu” yang dipatuhi oleh semuanya (Ilah)
“sesuatu” diatas adalah dia Allah Ta’ala (Allah yg maha tinggi)

Proses Nabi Ibrahim mencari Tuhan sejatinya direkam oleh Allah dalam surat al-An’am: 75-79

“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin (75).

“Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku" Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam" (76).

“Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat" (77).

“Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (78).

“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, inilah agama yang bena (lurus), dan aku bukanlah termasuk orang-orang Musyrik (yang mempersekutukan Tuhan) (al-An’am: 79).”


Wallahu ‘alam







coolparwis@yahoo.co.id www.agamam.blogspot.com 0813 1075 3015